Oleh : Tommy Alexander
Tambunan
Jakarta tenggelam,siap gerak!
Jakarta diprediksikan akan tenggelam pada tahun 2050. Ada empat kecamatan di
Jakarta Utara terancam tenggelam pada tahun 2050 karena posisinya yang lebih
rendah dari permukaan laut yakni Penjaringan,Pademangan,Tanjungpriok,dan
Cilincing. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB),4.408 kali bencana alam telah terjadi di Indonesia dalam kurun 5 tahun
terakhir. Hal ini juga menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara paling
rawan bencana di Dunia (www.inilah.com).
1.916 kali banjir telah terjadi di Indonesia dan Jakarta telah mengalami
170 kali banjir dalam setahun (www.kompas.com).
Gambar
banjir yang terjadi di Jakarta,2012
(www.vivanews.com)
Anehnya,meskipun
ribuan bencana alam terjadi di Indonesia,Negara ini selalu kedodoran dalam
penanganan bencana. Seakan bencana yang terjadi berulang kali itu tidak pernah
memberikan pelajaran dan pengalaman. Apalagi jika kita membicarakan tentang
kegiatan pencegahan bencana,antisipasi(kesiapsiagaan) bencana,system peringatan
dini,maupun rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. Kesemuanya sering kali
berjalan kurang maksimal. Padahal Indonesia memliki Undang-undang Nomor 24
tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Namun undang-undang yang disyahkan
pada tanggal 26 April 2007 ini lebih mirip sebagai sebuah formalitas belaka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dibentuk menggantikan Badan
Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. Coba bayangkan,bila gedung-gedung
pencakar langit hanyut oleh banjir. Sistem drainase yang buruk dan minimnya
lahan hijau menjadi factor utama banjir. Provinsi DKI Jakarta telah membangun
serangkaian system Pengendali Banjir Jakarta.
Provinsi DKI Jakarta telah membangun
serangkaian system Pengendali banjir Jakarta. Berikut adalah system Kawasan
Pengendali Banjir dan Drainase Jakarta sampai 2011 = Jakarta Utara:Sunter timur l dan ll,Jakarta Barat: Jelambar dan S.P.Barat,Jakarta Pusat: Sawah besar dan sumur batu,Jakarta Selatan: Kali grogol,Jakarta
Timur: Duren Sawit.
Sistem Saluran Makro: angke,pesanggrahan,grogol dan
sunter.
Mungkin semua ini belum cukup untuk
bisa dikatakan “SIAP” menghadapi tenggelamnya Jakarta 2050. Banyak sekali
rencana-rencana penanggulangan banjir yang belum terealisasikan oleh pemerintah
Jakarta. Contohnya saja masterplan tanggul raksasa. Jakarta berencana membuat
tanggul raksasa dipantai utara ibukota. Pembangunan ini untuk mengantisipasi
naiknya ketinggian permukaan air laut di tahun 2050 yang diperkirakan naik 2,5
meter. Selain itu tanggul ini juga dibangun untuk mengatasi penurunan permukaan
tanah (land subsidence). Demikian dikatakan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo
semasa menjabat. Kata Fauzi,giant sea wall atau tanggul laut raksasa dengan
system polder dikawasan teluk Jakarta. “Kajiannya telah dilakukan sejak
Desember tahun lalu dan diharapkan selesai dua hingga tiga tahun kedepan” kata
Fauzi Bowo. Sehingga,kata Foke begitu sebutan Fauzi Bowo,pada tahun 2050
nanti,Jakarta telah memiliki tanggul raksasa yang bisa mengatasi ancaman
Jakarta tenggelam (www.vivanews.com)
Ini juga tantangan untuk gubernur
terpilih Jokowi. Jokowi pada masa kampanye berjanji untuk mengatasi semua
permasalahan banjir diJakarta. Semua warga Jakarta menunggu pembuktian dari
janji Jokowi.
Seperti kata pepatah “Sedia payung
sebelum hujan” kita masih mempunyai waktu kurang lebih 38 tahun lagi untuk
memperbaiki lingkungan dan mengantisipasi tenggelamnya Jakarta. Meski semuanya
belum pasti terjadi pada tahun 2050,tapi tanda-tanda nya sudah terlihat sejak
dini. Jadi kita semuanya harus SIAP
GERAK !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar