Kamis, 13 Desember 2012

1.000 vs 100.000


Uang Rp.1000 dan Rp 100.000 sama2 terbuat dari kertas, sama2 dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia. Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat. Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tdk sengaja di dlm dompet seorang pemuda.
Kemudian di antara kedua uang tsb terjadilah percakapan, yg Rp.100.000 bertanya kepada yang Rp.1000, "Kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis...? "

Dijawablah oleh yg Rp. 1000, "Karena aku begitu keluar dari Bank langsung berada di tangan orang2 bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan di tangan pengemis."

Lalu Rp.1000 bertanya balik kpd Rp.100.000, "Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih? "

Dijawab oleh Rp. 100.000, "Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restauran mahal, di mall dan jg hotel2 berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet."

Lalu Rp.1000 bertanya lagi, "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah? "

Dijawablah, "Belum pernah."

Rp.1000. pun berkata lagi, "Ketahuilah bahwa walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap Jum'at aku selalu mampir di Mesjid2, dan di tangan anak2 yatim, bahkan aku selalu bersyukur kpd Tuhan. Aku tidak dipandang manusia bukan karena sebuah nilai tapi karena manfaat."

Akhirnya menangislah uang Rp.100.000 krn merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini.

Jadi bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda itu. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga kita termsk golongan orang - orang yang selalu mensyukuri Anugerah dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dr sifat sombong.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar